Budidaya merupakan kegiatan yang perlu dikembangkan dalam hubungannya
dengan pelestarian sumberdaya hayati perairan, dan peningkatan ekspor.
Sebagai negara maritim, Indonesia mempunyai potensi perikanan yang
besar. Perhatian pemerintah dalam sektor perikanan juga semakin besar,
salah satunya dengan dibentuknya Departemen Kelautan dan Perikanan
(DKP). Hal ini dilakukan dalam rangka pemanfaatan dan memelihara potensi
perikanan semaksimal mungkin, sehinnga dapat memenuhi kebutuhan gizi
masyarakat Indonesia dan dapat mempertinggi pemasukan devisa negara
Salah satu strategi pemanfaatan dan pelestarian potensi sumberdaya
perikanan adalah melalui kegiatan budidaya khususnya kegiatan pembenihan
lobster air tawar.
Lobster air tawar (Cherax quadricarinatus) berasal dari Autaralia, Papua
New Guinea, dan Irian Jaya dengan spesies berbeda-beda. Salah satu
spesiesnya yang bernilai ekonomis paling tinggi adalah red claw. Habitat
Cherax berada di perairan tawar yang dangkal, dengan substrat berlumpur
dan terdapat banyak celah serta rongga untuk menyembunyikan diri dari
pemangsa.
Spesies lobster air tawar tertentu sudah banyak menyebar ke
berbagai negara, baik negara maju maupun negara berkembang. Penyebaran
ini dilakukan secara sengaja maupun tidak sengaja untuk menggantikan
spesies yang ada dengan tujuan ekonomis. (Martosudarmo, 1990). Di Indonesia, lobster air tawar banyak ditemukan di aliran sungai Papua.
Namun tidak semua lobster yang berasal dari Papua ini bisa
dibudidayakan. Pasalnya habitat aslinya relatif lebih dingin, sehingga
tidak cocok untuk daerah panas seperti umumnya di daerah Indonesia.
Beberapa tahun yang lalu, Pemerintahan Daerah Papua telah berupaya
mengembangkan potensi sumberdaya genus Cherax, antara lain Cherax
manticola dan Cherax lorentzi (DKP Pemprov Papua, 2003).
Hal yang telah
dilakukan antara lain mempelajari aspek ekologi, domestikasi dan
percobaan budidaya. Jika dilihat dari kondisi sumberdaya alam, Indonesia
memiliki potensi yang sangat besar untuk mengembangkan budidaya lobster
air tawar. Iklim dan siklus memungkinkan lobster air tawar dapat
dibudidayakan sepanjang tahun. Hingga saat ini, budidaya lobster hanya
dilakukan terbatas di beberapa kota, seperti Jakarta, Yogyakarta,
Surabaya, Bogor, Sukabumi dan Bali. Karena itu anggota famili krustasea
ini memiliki peluang untuk dibudidayakan sebagai salah satu komoditi
andalan.
Maraknya budidaya lobster air tawar sejak tahun 2003 telah mendapat
sorotan oleh media-media, baik cetak maupun elektronik untuk mengupas
tentang peluang usaha yang unik ini. Pengembangan lobster air tawar
sebagai komoditas konsumsi dinilai lebih potensial. Dikarenakan
permintaan pasar yang masih belum terpenuhi, baik itu pasar domestik
maupun mancanegara. Permintaan pasar tersebut dari tahun ke tahun
semakin meningkat dengan harga jual yang cukup menjanjikan, dari mulai
Rp. 100.000,- sampai dengan Rp. 150.000,- per kg. Banyak sekali pasar
(Market) yang dapat diraih dari bisnis ini seperti restauran, hotel dan
juga ekspor. Namun kebutuhan akan lobster tersebut sekarang ini masih
belum bisa tergarap oleh pembudidaya-pembudidaya lokal di seluruh
Indonesia bahkan untuk memenuhi kebutuhan lokal pun terkadang masih
kekurangan(Martosudarmo, 1990)
Usaha pembenihan merupakan salah satu faktor keberhasilan suatu usaha
budidaya lobster air tawar. Usaha pembenihan lobster air tawar yang baik
akan menghasilkan benih-benih yang baik pula. Pembenihan pada lobster
air tawar ini menggunakan cara yang sederhana meliputi pemijahan secara
alami dan pemeliharaan yang terkontrol hingga mencapai ukuran komersial.
Menurut Holthuis dalam Patasik klasifikasi lobster (2004) adalah sebagai berikut:
Filum
Subfilum
Kelas
Subkelas
Serie
Super-ordo
Ordo
Subordo
Seksi
Famili
Genus
Spesies
|
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
|
Arthopoda
Mandibula
Crustacea
Malacostraca
Eumalostraca
Eucarida
Decapoda
Reptantia
Macrura
Parastacidae
Cherax
Cherax comunis, C. monticola, C. tenuimanus, C.destructor C. waselli
|
MORFOLOGI
Menurut Patasik (2004) Seperti halnya jenis crayfishlainnya, Cherax sp. Memiliki susunan morfologi yang terdiri dari 3 segmen utama yaitu, kepala dada(Chepalotorax), dan badan (abdomen), dan bagian ekor(telson). Secara lengkap susunan morfologinya sbb;
Kepala-dada (Chepalotorax)
Pada bagian kepala-dada (Chepalotorax) terdapat rangka penutup kepala berupa kulit tebal yang tersusun dari bahan yang berupa kapur (chitin) dengan bahana utama calcium carbonate terdapat tonjolan memanjang kea rah depan yang disebut rostrum, rostrum merupakan salah satu bagian tubuh yang dapat digunakan sebagai petunjuk dalam melakukan identifikasi jenis udang-udangan. Rostrum sangat pendek dengan posisi mendatar dan memiliki bentuk menyerupai kerucut pada sisinya terdapat duri halus, masing-masing sebanyak 1 pasang.
Beberapa anggota tubuh pada chepalotorax berturut-turut kearah belakang adalah mata bertangkai yang dapat digerakkan, first antene berbentuk cambuk pendek yang terdiri dari 4 cambuk, second antene berbentuk cambuk panjang yang terdiri dari 2 cambuk. Kedua pasang antena ini berfungsi sebagai alat peraba dan keseimbangan pada saat bergerak dan berenang, Anggota selanjutnya adalah mandibular, maxilla, danexopodite mendibel.
Pada bagian bawah kepala-dada terdapat kaki jalan(periopoda). Kaki jalan terdiri dari 5 pasang, masing-masimg 1 pasang kaki jalan pertama, kaki jalan pertama ini berukuran besar dan sangat kokoh menyerupai kaki kepiting atau lebih dikenal dengan nama capit (chela).Selain berfungsi sebagai kaki jalan, capit juga berfungsi sebagai senjata untuk membela diri serta sebagi alat untuk memotong atau merobek makanan yang berukuran besar dan keras. Kaki jalan kedua dan ketika berukuran lebih kecil jika dibandingkan dengan kaki jalan pertama, Selain untuk berjalan, kaki jalan kedua dan ketiga juga digunakan untuk menjepit dan memasukkan makanan ke dalam mulut. Pada kedua ujung kaki jalan dan ketiga terdapat capit kecil yang dikenal dengan nama dactilopodite.
Berbeda dengan kaki jalan keempat dan kelima, pada ujung kaki jalan keempat tidak terdapat capit seperti pada kaki jalan pertama, kedua dan ketiga. Ujung kaki keempat dan kelima hanya berupa capit yang berfungsi untuk merobek selaput spermatogonum pada saat pemijahan. Adapun jumlah ruas pada kaki jalan, baik pada kaki jalan pertama, kedua dan ketiga, keempat, dan kelima masing-masing 7 (tujuh) ruas.
Abdomen (badan)
Abdomen merupakan bagian tubuh antarachepalotoraax dan telson, pada cherax sp. Abdomentertutup oleh kulit keras dan terdiri dari 5 segmen. Keseluruhan segmen dikenal dengan pleura yang susunannya kearah telson menyerupai susunan genteng. Pleura 1 menindih pleura 2, pleura3 menindih pleura 3 demikian selanjutnya hingga pangkal telson.
Pada bagian bawah abdomen terdapat kaki renang(pleopoda) yang strukturnya berupa-selaput tipis dan masing–masing terdiri dari 3 ruas Pada cherax sp. Selain untuk berenang pleopoda juga berfungsi sebagai tempat untuk melekatkan telur. Tepi dan ujung pleopodabetina terdiri dari bulu-bulu halus yang berfungsi untuk melekatkan telur yang telah dibuahi dan selanjutnya akan dierami pada ruangan dibawah abdomen (brood chamber).
Ekor (telson)
Telson merupakan bagian yang paling belakang dari tubuh lobster secara keseluruhan, bagian ekor terdiri 2 yaitu 1 helai telson dan 4 helai uropoda (ekor kipas). Keseluruhan bagian telson berfungsi untuk berenang atau bergerak mundur secara cepat kearah pereiopoda sehingga menimbulkan sentakan yang cukup kuat untuk mendorong seluruh tubuh kearah belakang (mundur).
Martusudarmo (1980) menyatakan bahwa layaknya dengan
krustasea yang lain Cherax memiliki kerangka luar dan tidak memiliki
kerangka dalam. Sementara itu menurut Iskandar (2003), lobster air tawar
merupakan hewan yang tidak memiliki tulang dalam (internal skeleton),
tetapi seluruh tubuhnya terbungkus cangkang (eksternal skeleton).
Selanjutnya Ronimihardjo (1980), menerangkan bahwa tubuh Cherax terdiri
atas segmen-segmen atau ruas-ruas, namun segmentasi ini terlihat dari
luar karena tertutup karapas. Masing-masing segmen memiliki fungsi
bermacam-macam. Anggota badan tersebut mulai dari ruas badan terdepan
hingga ruas badan terakhir, disajikan pada Gambar 2.
Menurut Iskandar (2003) dan Setiawan (2006), bila dilihat bagian luar, lobster air tawar memiliki alat pelengkap, yaitu:
- Sepasang antenna yang berfungsi sebagai perasa dan peraba terhadap pakan dan kondisi lingkungan.
- Sepasang
antennula yang berfungsi sebagai alat penciuman, mulut dan sepasang
capit (celiped) yang lebar dengan ukuran lebih panjang jika dibandingkan
dengan ruas dasar capitnya.
- Sepasang maksila, mandibula dan maksilipedia.
- Enam ruas badan (abdomen) memipih, sedikit lebar dan rata-rata hampir sama dengan lebar kepala.
- Ekor,
terdiri atas ekor tangan (telson) memipih, sedikit lebar dan dilengkapi
duri-duri halus yang muncul di semua bagian tepi ekor (Gambar 3).
Bagian ekor lainnya adalah dua pasang ekor samping (uropoda) yang juga
memipih.